Rabu, 09 Januari 2013


BAB I
PENDAHULUAN

1.1    LATAR BELAKANG
Setiap hari semua makhluk hidup perlu melakukan pengaturan keseimbangan air, elektrolit, dan asam-basa. Pada manusia, asupan dan pengeluaran air dan elektrolit diatur lewat hubungan timbal balik hormon dan saraf yang mendasari perilaku dan kebiasaan makan. Sebagian besar proses metabolik yang berlangsung ditubuh menghasilkan pembentukan asam demi tercapainya keseimbangan asam-basa. Asam-asam ini harus dikeluarkan dari tubuh melalui paru yang mengeluarkan pembuangan karbondioksida, ginjal melakukan pembuangan asam-asam lain. Paru dan ginjal bersama dengan berbagai sistem penyangga ditubuh memelihara konsentrasi asam plasma dalam batasan fisiologis yang sempit. 


1.2  TUJUAN
a.     Untuk memenuhi tugas mata ajar patologi
b.    Untuk mengetahui pengertian edema dan dehidrasi
c.     Untuk mengetahui penyebab edema dan dehidrasi









BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Gangguan Peredaran Cairan Tubuh, Elektroklit dan Darah
Banyak dari aktivitas tubuh di tunjukan pada batasan sempit antara volume dan komposisi cairan tubuh.sejumlah penyesuaian fisik dan kimiawi terus menerus di buat untuk menjaga keseimbangan esesnsial dari cairan dan elektrolit. Jika mekanisme ini terlalu tinggi dan turun akan menyebabkan penyakit yang serius. Agar fungsi jaringan dapat berjalan normal maka perlu :
a.     Sirkulasi darah yang baik
b.    Keseimbangan antara cairan tubuh intra dan ekstrseluluer
c.     Konsentrasi zat-zat dalam cairan yang tetap termasuk elektrolit-elektrolit
Pada tubuh normal hal ini diselenggarakan oleh membran sel endotel kapiler. Membran sel hidup penting sekali, karena membran ini mempunyai permeabilitas yang selektif, karena itu membran inilah yang sebenarnya menyelenggarakan distribusi cairan tubuh.
Seluruh susunan sirkulasi tubuh menyelenggarakan pengangkutan semua substansi yang dibutuhkan untuk digunakan, maupun yang telah dibentuk dan harus dibuang. Termasuk ini ialah oksigen, karbondioksida, air, garam-garam, zat-zat makanan, metabolit-metabolit, hormon-hormon, panas, dll.
Meskipun darah terletak dalam saluran-saluran tertutup, tetapi selalu terdapat pertukaran zat melalui endotel kapiler dengan cairan interstisium. Juga sel mengandung sejumlah air. Sel ini dikelilingi dan dipisahkan dari aliran darah oleh cairan tubuh.
Pertukaran zat antara cairan tubuh dan cairan intraseluler terjadi melalui membran sel. Kelainan-kelainan akibat gangguan peredaran cairan tubuh, darah dan elektrrolit berupa :
a.     Edema
b.    Dehidrassi
c.     Defisiensi elektrolit atau kelebihan elektrolit
d.    Hiperemi
e.     Perdarahan (hemoragi)
f.     Shock
Gangguan-gangguan yang lain bersifat obstruktif seperti : trombosis, emboli, dan infark.
Tubuh manusia sebagian besar terdiri atas air (60% - 70%). Cairan ini terdapat didalam sel (intraseluler = 45%) dan diluar sel (ekstraseluler = 15%). Yang ekstraseluler dibagi atas : cairan intravaskuler sebagai plasma darah dan cairan interstisium.
Termasuk cairan ekstraseluler ialah :
a.     Cairan limpe,
b.    Cairan cerebrospinal,
c.     Cairan dalam rongga mata,
d.    Cairan dalam rongga-rongga serosa.
Perhitungan dan taksiran menunjukan bahwa 60% berat tubuh merupakan cairan tubuh, yang terdiri atas : 45% cairan intraseluler, 11% cairan interstisium, 4% plasma darah.
1.    Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Pada tubuh yang sehat terdapat suatu keseimbangan antara :
·      Cairan yang masuk dan yang keluar dari tubuh
·      Distribusi cairan tubuh serta asimilasi normal dan elektrolit
Air masuk kedalam tubuh melalui saluran pencernaan berupa makanan atau minuman dan hasil oksidasi makanan.
Sebaliknya air dikeluarkan melalui ginjal, saluran pencernaan, saluran pernafasan dan kulit. Dalam jumlah kecil air juga dikeluarkan berupa sekret tenggorokan, hidung, mulut dan susu. Adanya pertukaran cairan yang terus menerus menyebabkan air pada tubuh berada dalam status dinamik. Yang penting ialah konsentrasi partikel-partikel yang osmotik aktif.  Partikel-partikel inilah yang sebenarnya menyelenggarakan dan merupakan faktor penting dalam hal distribusi air dalam tubuh. Pertukaran zat antara plasma dan cairan interstisium terjadi melalui filtrasi dan pembauran (diffusion) melalui sel endotel kapiler darah yang bersifat semipermeabel, dibawah pengaruh tekanan osmotik. Sebaliknya elektrolit tidak dapat melewati membran basalis secara pembauran dan dipengaruhi oleh metabolisme seluler yang aktif.
Faktor lain yang penting adalah ginjal. Ginjal mempunyai fungsi dan kemampuan untuk menahan dan mengeluarkan air dan elektrolit, agar dapat diselenggarakan volume, konsentrasi dan pH yang normal pada cairan tubuh. Untuk menyelenggarakan hal ini, ginjal berada dibawah pengaruh hormon-hormon hipofisis dan kortex anak ginjal.
2.2  EDEMA (Sembab)
A. Pengertian
         Pada umumnya edema berarti meningkatnya volume cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler disertai dengan penimbuan cairan ini dalam sela-sela jaringan dan rongga serosa. Dapat bersifat setempat atau umum. Dalam rongga pleura dan rongga pericard normal juga terdapat cairan sedikit, sekedar untuk membasahi lapisan permukaan. Dalam rongga pericard misalnya normal terdapat 5-25 ml cairan. Selain itu, bergantung pada lokasinya pengumpulan cairan dalam rongga tubuh yang berbeda diberi sebutan yang beragam, seperti :
a.    Hydrothorax
b.    Hydropericardium
c.    Hydroperitoneum atau Ascites
Dengan anasarca dimaksudkan edema umum dengan penimbunan cairan dalam jaringan subcutis dan rongga tubuh. Juga disebut dropsy. Penimbunan cairan dalam sel sering dinamai cellular edema. Istilah ini kurang tepat dan sebaiknya dinamai cellular hyrdation atau hydropic change.
Edema adalah suatu kelebihan  cairan dalam jaringan.normalnya cairan di dorong kedalam ruang jaringan oleh kekuatan tekanan darah pada arterial berakhir pada kapiler. Pada ujung vena kapiler, tekanan darah turun dan protein plasma menggunakan tekanan osmotik yang menarik kembali cairan.saluran getah bening mengalirkan semua kelebihan cairan.
B. Penyebab Edema
Obstruksi Limpatik :
         Cairan tubuh sebenarnya berasal dari plasma darah dan hasil metabolisme sel.
·      Sebagian cairan interstisium dengan zat-zat yang melarut akan diserap lagi melalui dinding kapiler darah masuk kedalam saluran darah
·      Sebagian lain, yang mengandung sejumlah protein masuk kedalam saluran limpe.
          Jumlah limpe yang akan mengalir dapat diperbanyak bila :
·      Tekanan vena meningkat
·      Dipijat
·      Pergerakan pasif yang bertambah banyak
·      Permeabilitas endotel kapiler bertambah
Selama outflow limpe dari daerah terjamin baik, maka tidak akan terjadi penimbunan cairan dan edema. Apabila terjadi gangguan aliran limpe pada suatu daerah, maka cairan jaringan akan tertimbun, dinamai limpedema.
³  Limpedema misalnya sering terjadi akibat mastektomi radikal untuk mengeluarkan suatu tumor ganas payudara.
³  Edema juga dapat terjadi akibat tumor ganas menyebuk atau menginfiltrasi kelenjar dan saluran limpe.
³  Saluran dan kelenjar inguinal yang meradang akibat infestasi filaria dapat menyebabkan edema pada scrotum. Scrotum dan tungkai sangat membesar dan sering dinamai elephantiasis.
³  Obstruksi saluran limpe dalam thorax oleh tumor menyebabkan gangguan pengaliran (drainage) limpe pada daerah thorax dan menimbulkan penimbunan cairan dalam rongga pleura dan rongga peritoneum, sehingga terjadi hydrothorax dan ascites.
     Bila akibat obstruksi, tekanan menjadi sedemikian tinggi hingga ductus thoracicus robek, maka cairan limpe yang banyak mengandung lemak masuk kedalam rongga thorax, dinamai chylothorax atau masuk kedalam rongga peritoneum dinamai chyloperitoneum.
Permeabilitas Kapiler yang bertambah :
Endotel kapiler merupakan suatu membran semipermeabel yang dapat dilalui oleh air dan elektrolit secara bebas, sedangkan protein plasma hanya dapat melaluinya sedikit atau terbatas. Tekanan osmotik darah lebih besar daripada limpe. Daya atau kesanggupan permeabilitas ini bergantung kepada substansi semen (cement substance) yang mengikat sel-sel endotel tersebut. Pada beberapa keadaan tertentu, misalnya akibat pengaruh toksin yang bekerja terhadap endotal, permeabilitas bertambah.
Akibatnya ialah protein plasma keluar dari kapiler, sehingga tekanan osmotik koloid darah menurun dan sebaliknya tekanan osmotik cairan interstisium bertambah. Hal ini menyebabkan makin banyak cairan yang meninggalkan kapiler dan menimbulkan edema. Bertambahnya permeabilitas kapiler dapat terjadi pada :
~ Infeksi berat
~ Reaksi anafilaktik
~ Keracunan akibat obat-obatan atau zat kimiawi
~ Anoxia yang terjadi akibat berbagai keracunan
~ Tekanan vena yang meningkat akibat payah jantung
~ Kekurangan protein dalam plasma akibat albuminuria
~ Retensi natrium dan air pada penyakit ginjal tertentu
Edema setempat sering terjadi akibat bertambahnya permeabilitas kapiler disebabkan oleh radang. Pembengkakan kulit setempat sering terjadi akibat :
~  Reaksi alergi
~  Gigitan atau sengatan serangga
~  Luka besar
~  Infeksi atau akibat terkena zat-zat kimiawi yang tajam seperti soda bakar atau asam-asam keras.
Edema angioneurotik ialah edema setempat yang sering timbul dalam waktu yang singkat tanpa sebab yang jelas. Sering terjadi pada anggota tubuh akibat lergi atau neurogen.
Berkurangnya Protein Plasma :
Protein plasma yang berkurang mengakibatkan tekanan osmotik koloid menurun. Sebagian besar tekanan osmotik ini diselenggarakan oleh albumin. Biasanya edema akan timbul bila kadar albumin lebih rendah dari 2 ½ gram per 100 ml. Suatu contoh edema akibat kekurangan albumin ialah edema nefrotik. Hal ini terjadi akibat penyakit ginjal, sehingga albumin seolah-olah bocor dan keluar melalui ginjal dalam jumlah besar.
Akibatnya ialah hipoalbuminemi dan pembalikan perbandingan albumin-globulin. Kejadian ini sering ditemukan pada keadaan yang dinamai sindrom nefrotik, yaitu penyakit ginjal dengan ciri-ciri : Edema, proteinuria terutama albumin, hipoalbuminemi, hiperlipemi khususnya hipercholesterolemi, lipiduria.
Edema akibat berkurangnya protein juga dapat terjadi pada kelaparan dan gizi buruk.
Hipoproteinemi dapat terjadi pula pada penderita penyakit hati, oleh karena sintesis protein terganggu. Oleh karena itu edema sering sangat nyata pada penderita cirrhosis hepatis.
Tekanan daerah kapiler yang meninggi (hydrostatic pressure)
Tekanan darah dalam kapiler bergantung kepada :
a.    Tonus arteriol
b.     Kebebasan aliran darah dalam vena
c.    Sikap tubuh (posture)
d.   Temperatur dan beberapa faktor lain.
Tekanan ini merupakan daya untuk menginfiltrasi cairan melalui dinding kapiler. Tekanan ini biasanya meningkat bila tekanan dalam vena meningkat. Bila tekanan ini lebih besar daripada tekanan osmotik yang menarik air dari jaringan maka mengakibatkan edema. Edema akibat tekanan kapiler yang meninggi dapat terjadi pada :
1.    Kongesti Pasif (Passive Congestion)
Akibat obstruksi mekanik pada vena, menyebabkan tekanan darah vena meningkat, misalnya dapat terjadi pada vena iliaca akibat uterus yang membesar pada kehamilan. Dalam hal ini edema terjadi pada tungkai.
2.    Edema Kardial
Terjadi oleh karena tekanan vena meningkat akibat sirkulasi darah terganggu karena payah jantung (left heart failure). Edema ini bersifat sistemik, tetapi yang paling nyata terkena ialah bagian-bagian paling bawah (dependent part), yaitu kaki pada penderita yang masih dapat berjalan dan rongga-rongga viscera serta serosa pada penderita yang berbaring terus.
3.    Obstruksi Portal
Pada penyakit cirrhosis hepatitis tekanan dalam vena portae meningkat sehingga megakibatkan cairan dalam rongga peritoneum, yaitu terjadi ascites.
4.    Edema Postural
Pada orang yang berdiri terus menerus untuk waktu yang lama, terjadi edema pada kaki dan pergelangan kaki. Edema ini tidak terjadi bila orang bergerak aktif, misanya berjalan-jalan karena aktivitas otot ikut membantu aliran dalam pembuluh limpe.
Tekanan Osmotik Koloid :
Tekanan osmotik koloid dalam jaringan biasanya hanya kecil sekali sehingga tidak dapat melawan tekanan osmotik koloid yang terdapat dalam darah. Tetapi pada beberapa keadaan tertentu jumlah protein pada jaringan dapat meninggi, misalnya bila permeabelitas kapiler bertambah. Dalam hal ini maka tekanan osmotik jaringan dapat menimbulkan edema.
Filtrasi cairan plasma juga mendapat perlawanan dari tekanan jaringan (tissue tension). Tekanan ini berbeda-beda pada berbagai jaringan. Pada jaringan subcutis yang renggang seperti kelopak mata dan alat kelamin luar, tekanan sangat rendah, karena itu pada tempat tersebut mudah timbul edema.
Retensi Natrium dan Air:
Retensi natrium terjadi bila eksresi natrium dalam air kemih lebih kecil dari pada yang masuk (intake), karena konsentrasi natrium meninggi maka akan terjadi hipertoni. Hipertoni menyebabkan air ditahan sehingga jumlah air ekstraseluler, baik yang intravaskuler maupun yang interstisial bertambah akibatnya jadi edema.
Edema akibat retensi natrium bersifat ekstrarenal (dipengaruhi oleh saraf) dapat juga disebabkan oleh hormon lain. Pada penderita yang mendapat pengobatan dengan ACTH, testosteron, progesteron, atau estrogen sering terjadi edema sedikit atau banyak.
C. Kategori Patofisiologi Edema
1. Peningkatan Tekanan Hidrostatik
a.  Gangguan aliran vena balik :
~ Gagal jantung kongestif
              ~ Perikarditis Konstriktif
              ~ Asites (sirotis hati)
              ~ Kompresi atau obstruksi vena :
·       Trombosis
·      Tekanan eksterna (misal massa)
·      Inaktivitas ekstremitas inferior yang lama ditopang
b.  Dilatasi arteriolar
~ Panas
~ Disregulasi Neurohumonal
2.    Penurunan Tekanan Osmotik Plasma (Hipoproteinemia)
          ~ Glumerulopati yang kehilangan protein (sindrom nefrotik)
          ~ Sirosis hati (asites)
          ~ Malnutrisi
          ~ Gastroenteropati yang kehilangan protein
3.    Obstruksi Limpatik
          ~ Inflamasi
          ~ Neoplastik
          ~ Pasca pembedahan
          ~ Pasca radiasi
4.    Retensi Natrium
          ~ Asupan garam berlebih dengan insupisiensi ginjal
          ~ Peningkatan reabsorsi natrium ditubulus :
· Hipoperfusi ginjal
· Peningkatan sekresi renin – angiotensin – aldosteron
5.    Inflamasi
          ~ Inflamasi akut dan kronik
          ~ Angiogenesis
2.3 DEHIDRASI
          A. Pengertian
Dehidrasi adalah suatu gangguan dalam keseimbangan air yang disertai output yang melebihi intake sehingga jumlah air dalam tubuh berkurang.meskipun yang hilang adalah cairan tubuh tetapi dehidrasi juga disertai gangguan elektrolit.
Gangguan volume air bisa berupa kekurangan air(dehidrasi), dan dapat disertai kurangnya natrium (dehidrasi hipotonik) air tubuh lebih banyak hilang bila suhu badan meningkat. Diare, muntah-muntah, dan kehilangan air melalui ginjal, kulit, paru, dan saluran cerna.
Keseimbangan Air
Masukan
Pangkalan Air
Pengeluaran
Makanan basah dan minuman

2000 ml
Plasma cairan
3000 ml
Paru-paru
500 ml
Air dari oksidasi dan makanan kering

500 ml
Jaringan
1200 ml
Kulit Insensibel
400 ml


Cairan sel
30.000 ml
Urina
1300 ml




Feses
200 ml




Keringat
100 ml

2500 ml

45.000 ml

2500 ml
B. Penyebab Dehidrasi
1.    Kemiskinan Air (water depletion) atau Dehidrasi Primer
 Hal ini terjadi karena masuknya air sangat terbatas akibat:
a.    Penyakit yang menghalangi masuknya air
b.    Penyakit mental yang disertai dengan menolak air atau ketakutan akan air (hidrophobia)
c.    Penyakit sedemikian rupa sehingga penderita sangat lemah dan tidak dapat minum lagi
d.   Koma yang terus menerus
Dehidrasi primer juga dapat terjadi pada orang yang mengeluarkan keringat yang sangat banyak, tanpa mendapat penggantian air. Pada stadium permulaan water depletion, ion natrium dan chlor ikut menghilang dengan cairan tubuh, tetapi kemudian terjadi reabsorpsi ion melalui tubulus ginjal yang berlebihan, sehingga ekstraseluler mengandung natrium dan chlor berlebihan dan terjadi hipertoni.
            Hal ini menyebabkan air akan keluar dari sel sehingga terjadi dehidrasi intraseluler dan inilah yang menimbulkan rasa haus.selain itu timbul perangsangan terhadap hipofisis yang kemudian melepaskan hormon antidiuretik sehingga terjadinya oligura.
Gejala-gejala khas pada dehidrasi primer ialah:
a.    Haus
b.    Air liur sedikit sehingga mulut kering
c.    Oliguria
d.   Sangat lemah
e.    Timbulnya gangguan mental seperti halusinasi atau delirium
Kematian akan terjadi bila kehilangan air ± 15% atau 22% total body water
2.        Dehidrasi Sekunder atau Sodium Depletion
      Dehidrasi terjadi karena tubuh kehilangan cairan yang mengandung elektrolit..istilah ini lebih sesuai dari pada salt depletion untuk memberi tekanan pentingnya natrium. Kekurangan intake garam biasanya tidak menimbulkan sodium depletion oleh ginjal, bila perlu dapat mengatur dan menyimpan natrium.
      Sodium depletion sering terjadi akibat keluarnya cairan melalui saluran pencernaan pada keadaan muntah-muntah dan diare yang parah.
Hilangnya natrium berlebihan melalui air kemih tidak biasa, tetapi dalam keadaan tertentu dapat juga terjadi pada:
a.    Penyakit addison
b.    Acidosis yang terjadi akibat diabetes
c.    Penyakit ginjal tertentu
Pada penyakit-penyakit ini hilangnya natrium diperberat oleh muntah-muntah.
            Akibat sodium depletion terjadi hipotoni ekstrasluler sehingga tekanan osmotik menurun. Hal ini menghambat dikeluarkannya hormon antiduretik sehigga ginjal mengeluarkan air, agar tercapai konsentrasi cairan ekstraseluler yang normal. Akibatnya volume plasma dan cairan interstisium menurun. Selain itu karena terdapat hipotoni ekstraseluler, air akan masuk kedalam sel.
            Hidrasi seluler ini berbeda dengan keluarnya air dari sel yang terjadi pada dehidrasi akibat water depletion.oleh karena terjadi hipotoni intrseluler maka keadaan ii tidak timbul rasa haus.
Gejala-gejala lain terdiri atas:
a.    Nausea
b.    Muntah-muntah
c.    Kekejangan
d.   Sakit kepala
e.    Perasaan lesu dan lelah
            Akibat menurunnya volume darah maka cardiac output menurun, sehingga tekanan darah juga ikut menurun menyebabkan pingsan jika berdiri lama dan filtrasi glomerulus menurun, sehingga menjadi penimbunan menurun. Air kemih biasanya tidak mengandung natriumkelorida, selain itu juga terjadi gangguan keseimbangan asam-basa dan hemokonsentrasi kematian dapat terjadi karena kegagalan aliran perifer.


BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kesehatan sel dan jaringan tidak hanya bergantung pada sirkulasi yang utuh untuk mengirimkan oksigen dan membuang sampah, tetapi juga bergantung pada homeostatis cairan normal. Homeostatis normal mencakup pemeliharaan kebutuhan dinding pembuluh darah serta tekanan dan osmolaritas intravaskular dalam kisaran fisiologis tertentu. Perubahan pada volume, tekanan, atau kandungan protein vaskular atau perubahan pada fungsi endotel mempengaruhi pergerakan air yang melewati dinding pembuluh darah. Hal itu disebut dengan edema dan mempunyai kepentingan yang berbeda bergantung pada lokasinya pada ekstremitas inferior, edema, terutama menyebabkan pembengkakan dalam paru, edema menyebabkan alveoli terisi oleh air yang menimbulkan sesak nafas
Kata dehidrasi dipakai pada semua bentuk kehilangan air dan natrium, tetapi ini tidak berarti kehilangan air dan sebaiknya tidak digunakan untuk menggambarkan keadaan dimana terjadi redistribusi dan kehilangan air tubuh sekunder terhadap kehilangan natrium. Jarang terdapat dehidrasi air saja atau dehidrassi natrium saja, tetapi dapat terjadi dehidrasi kombinasi. Harus diingat bahwa perubahan dalam simpanan air atau ion-ioin tubuh umumnya tak perlu terjadi dalam darah yang sama seperti perubahan konsentrasi plasma.

3.2 SARAN
Keseimbangan cairan dalam tubuh harus benar-benar kita jaga agar pola intake dan output bisa sesuai jumlahnya, karena bila salah satunya tidak terpenuhi akan menyebabkan penyakit yang vatal mengancam jiwa kita.



DAFTAR PUSTAKA

³  J.M.Gibson MD, 1996, Mikrobiologi dan Patologi Modern, Jakarta : EGC
³  Dr. Thambayong, Jan, 2000, Patopisiologi untuk Keperawatan, Jakarta : EGC
³  Staf Pengajar Bagian Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1973, Patologi, Jakarta : FKUI
³  Corwin, J, Elizabeth, 2OO9, Buku Saku Patofisiologi Jilid III, Jakarta : EGC
³  Robbins, 2007, Buku Ajar Patologi Edisi 7 Vol. 1, Jakarta : EGC
³  D. N. Baron, 1995, Patologi Klinik Edisi 4, Jakarta : EGC